Sri Wahyuni Sang Legenda Tilawah Di Kaltim
SAMARINDA WWW.MUI KALTIM,ORG-Hajah Sri Wahyuni kelahiran Samarinda namanya selalu harum , bahkan jadi legenda Tilawah , ia berhasil meraih juara satu pada MTQ Internasional 2012 di Teheran Iran. Saat mendapatkan penghargaan ia mendapat sambutan dan pujin dari berbagai pihak.
Begitu pulang ke Indonesia, Kemenag kaltim dan Gubernur Kaltim H Awang Farouk memberikan apresiasi dan penghargaan khusus terhadap prestasi Hajah Sri Wahyuni.
Hajah Sri Wahyuni banyak terima kasih kepada orang-orang terdekat terutama orang tua.guru guru dan sahabat sahabatnya.
“Subhanallah walhamdulillah walaailaha illallah wallahuakbar. Qodarullah bibarokatiddu’aaikum. Terima kasih banyak saya ucapkan kepada orang tua, keluarga, guru-guru, dan teman-teman saya semua yang sudah mendoakan saya dan men-support saya,” ujar Yuni panggilan sehari hari Sri Wahyuni.
Sebelumnya Sri Wahyuni juga beberapa kali mengharumkan nama Kaltim dan nama Indonesia , pertama kali ia menyabet juara pertama tilawah anak pada MTQ Nasional 1994 di Ria . Pada tahun 2007 , prestasinya kembali diunggulkan secara nasional dengan menyabet gelar terbaik 1 tilawah dewasa MTQ Nasional di Jakarta.
Setelah itu Sri Wahyuni kerap diundang membaca tilawah, dikantor kantor pemerintahan, perusahaan , bahkan pernah diundang diistana Negara, sampai keluar Negeri seprti di Mesir, Malaysia dan Brunai Darussalam. Karena ssekarang sudah mengajar menjadi Dosen di Unmul ia hanya menerima undangan Tilawah di Samarinda , termasuk di MUI Kaltim.
Sri Wahyuni menceritakan awal mula ia menjadi qoriah dan tilawah. Ssejak kecil memang menggemari bacaan Alqur,an apalagi kalau mendengar suara qori, yang merdu dadanya berdebar debar dan kepengin bisa menjadi qoriah juga.
“Masih kecil saya kalau dikamar sendiri sering membaca alquran dengan tilawah meniru niru seperti tilawah di kaset kaset, namanya anak kecil kalau sering mendengarkan ya meniru niru gitu , nah rupanya kebiasaan saya didengar oleh ibu saya dan ibu saya langsung mengajari saya bacaan Alquran Tilawah, ya saya sangat senang karena memang cita cita saya mau jadi qorik ternama,”Kisah Yuni.
Wahyuni melanjutkan jadi tilawah memang cita –citanya sejak kecil ia sering mendengarkan kaset kaset tilawah yang juara nasional dan juara internasional seperti Muamar ZA, Abdul Rahman dan lain lainya.
Menyadari cita cita anaknya, kedua orang tua Sri Wahyuni yang juga qori, langsung mengajari gadis cantik tersebut secara intensip dan mencoba mengikutkannya ke berbagai lomba tilawah baik tingkat desa, kecamatan ,bahkan level kota Samarinda. Usaha kedua orang tua Yuni tak sia sia, juara tingkat kecamatan, tingkat kota Samarinda, bahkan Tingkat kaltim berhasil diraihnya. Bahkan tahun 2007 prestasinya menembus Prestasi Nasional dan tahun 2012 meraih Prestasi tertinggi ia berhasil meraih juara satu pada MTQ Internasional 2012 di Teheran Iran.
Yuni mengakui untuk menjadi juara memang perlu kerja keras. Selain memang karena ada bakat terpendam, ia harus latihan yang keras dan konsisten , menjaga stamina, menjaga makanan.
Bukan hanya menjaga suara tetapi fisik dan kebugaran juga tidak boleh diabaikan. Walau qoriah kelihatanya hanya duduk membaca Alquran , sebenarnya peserta harus memiliki stamina dan nafas yang panjang. Nafas juga harus dilatih dan dilatih, tidak boleh batuk atau penyakit tenggorokan yang kan mengganggu suara dan nafasnya.
Sri Wahyuni juga bangga di kaltim banyak bermunculan qori, qorik berprestasi nasional, bahkan internasional sperti Syahsiana yang meraih juarabtilawah internasional di kota Malaka Malaysia ,, bahkan belum lama ini yang diraih Tubagus Syahroni mengharumkan nama Indonesia di Dunia Internasional. Pasalnya, Imam Masjid Al-Husna Perumnas Juanda 8 Samarinda ini, Juara 1 lomba MTQ Internasional di Bahrain pada tanggal 14-16 Mei 2019 lalu.
“Jujur Saya bangga para Pemuda kaltim ternyata banyak yang punya potensi , bahkan prestasi Nasional maupun internasional, seperti yang iraih sahabat kita Tubagus Syahroni yang juara lomba MTQ internasional di Bahrain beliau sangat luar biasa suaranya, masih muda semoga bisa membimbing qori qorik yang lebih muda,” kata Yuni.
Yuni juga berharap pemerintah lebih serius ikut membina dan membantu para qoriah baik yang sudah berprestari maupun yang belum karena kaltim yang mayoritas Islam tentu banyak pemuda pemuda yang berpotensi menjadi qoriah terbaik dan dapat mengharumkan nama kaltim, bahkam Indonesia.
Pemerintah kata Yuni juga harus lebih bisa menghargai para juara qoriah jangan hanya juara olah raga aja yang diberi penghargaan tapi para qoriah yang mengharumkan nama daerah juga perlu mendapatkan penghargaan ang sama. (Roghib)