
SAMARINDA (muikaltim or id) MUI kaltim melalui Komisi Pendidikan dan kaderisasi menggelar kegiatan, FGD (Focus Group Discussion) Pendidikan Islam, Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era Society 5.0 . di Five Premiere Hotel Samarinda Kamis, (18/9/2025).
Peserta FGD yang berjumlah 50 orang , adalah para guru agama ,praktisi Pendidikan dan wartawan. Untuk lebih menambah bobot Diskusi, MUI mengundang dua narasumber yang merupakan praktisi sekaligus akademisi Unmul Sudirman dan Said Husain Dosen dari Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.

Ketua MUI Kaltim diwakili Wakil ketua Bidang Kaderisasi dan Pendidikan Suriansyah Hage dalam sambutanya mengapresiasi Komisi Pendidikan dan kaderisasi dan berharap bisa memberikan sumbang sih Pendidikan dimasa kini dan mendatang . Terlebih Kaltim melalui Pemerintah Provinsi Kaltim memiliki program pendidikan Gratis Pool. Diharapkan keduanya bersinergi untuk meningkatkan pendidikan di Kaltim.
Ia mengatakan, diskusi yang digelar hari ini relevan dengan kondisi saat ini. Ia menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi pendidikan Islam di era teknologi yang sangat kompleks khususnya media sosial.
“Karakteristik generasi Z interaksi dengan teknologi sangat tinggi. Pengguna aktif mencapai 100 juta. Melalui sosmed, beraneka ragam informasi yang tersebar yang hyperconnectivity,” ungkapnya.
Untuk itu melalui wadah diskusi ini dapat menambah wawasan para pendidik maupun kepala sekolah membangun kerangka pendidikan yang mengikuti perkembangan zaman. Kerangka pendidikan yang dirancang sedemikian rupa yang tetap mengedepankan nilai-nilai Islam. Hal ini menjadi penting karena lingkungan dan interaksi seseorang akan membentuk karakter mereka.
“Diskusi ini bukan mencari yang paling benar tapi membentuk lingkungan yang pendidikan yang memadai sekaligus merumuskan solusi untuk meningkatkan pendidikan Islam di Kaltim,” pungkasnya.

Ketua panitia Muhammad Khozin , dalam sambutanya menyebut kegiatan diskusi ini sangat penting karena berkaitan dengan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Ia mengungkapkan awal datangnya Islam pun ditandai dengan sejumlah pertanyaan untuk memberi pengetahuan kepada manusia.
Nabi Muhammad SAW pada waktu itu menerima kedatangan Malaikat Jibril untuk mengembang risalah kenabian dari Allah SWT. Jibril meminta Nabi Muhammad SAW dengan sejumlah pertanyaan agar ia memahami keberadaan hidup manusia di muka bumi sebagai hamba Allah.
Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya persoalan pendidikan. Belajar dari sejarah negara maju, Jepang yang mengalami kehancuran setelah di Bom tentara sekutu saat terjadi perang. Namun, Setelah itu mereka berbenah membangun negerinya kembali. Adapun kunci keberhasilan kemajuan suatu bangsa ditentukan dari pendidikan khususnya para tenaga pendidik.

Sementara itu, dua praktisi sekaligus akademisi dari dua Perguruan Tinggi (PT) di Samarinda menjadi pemantik dalam Forum Group Discussion (FGD) Pendidikan Islam dengan tema “Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era Society 5.0).
Sudarman merupakan Dosen Universitas Mulawarman menyebut kelemahan pendidikan di Indonesia berkaitan dengan kurikulum. Kurikulum yang diterapkan di institusi pendidikan cenderung menyerap muatan kurikulum dari luar dan mengesampingkan nilai-nilai Islam di dalamnya.
Ia menjelaskan karakter generasi dari setiap zaman berbeda. Generasi Baby Boomers dikenal loyal dan konvensional, sementara Gen X lebih mandiri dan adaptif. Generasi Milenial dan Z cenderung melek digital, kreatif, dan mencari fleksibilitas dalam bekerja.
Sementara itu, Generasi Alpha yang saat ini masih anak-anak diprediksi akan tumbuh sebagai generasi paling terhubung teknologi dan cepat beradaptasi dengan perubahan. Perbedaan ini mendorong berbagai sektor untuk menyesuaikan pendekatan agar tetap relevan lintas generasi.
Menurutnya, salah satu persoalan yang paling tampak dari Generasi Z adalah krisis identitas. Kemudian berkaitan dengan maraknya kasus LGBT di kalangan remaja. Hal itu terjadi tidak lepas dari penyebaran informasi yang begitu cepat sehingga mendorong pemikiran-pemikiran baru yang merusak dan mempengaruhi cara pandang generasi muda saat ini.
Untuk itu ia mendorong adanya kolaborasi di antara institusi pendidikan maupun pemerintah mewujudkan pendidikan yang integratif. Pendidikan Islam berperan strategis membangun intelektual, spiritual, dan akhlak seorang anak.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan merancang metode pembelajaran inovatif. Diharapkan guru memahami prinsip-prinsip Islam dengan baik agar materi yang disampaikan tidak terlepas dari nilai-nilai keislaman.
Sementara itu, Dosen UINSI, Said Husein menekankan penanaman nilai Islam di era saat ini. Menurutnya, penanaman nilai tersebut seperti nilai kebenaran dan kejujuran menjadi pondasi dasar menghadapi tantangan zaman.
“Tanamkan nilai, nilai kebenaran dan nilai kejujuran. Keduanya akan menumbuhkan kreativitas dan mengembangkan produktivitas mereka,” ungkapnya.(Ghib @)
![]()